DOKTRIN
ALLAH 03 – Kausalitas Keraguan Terhadap Keberadaan Allah (By Dr. Erastus
Sabdono)
Hampir
semua orang percaya bahwa Allah itu ada, hidup dan Maha Hadir maksudnya hadir
di mana-mana. Tetapi pengakuan itu tidak cukup membuat seseorang
sungguh-sungguh mengalami Tuhan. Tidak banyak orang yang memiliki pengalaman
riil yang diakuinya sebagai pernyataan kehadiran Allah dalam hidupnya secara
pribadi. Theologia, pengetahuan kita tentang Tuhan lebih banyak atau hampir
semua kita dengar dari berbagai sarana dan media. Hanya berupa atau masih dalam
tahap teori-teori yang belum terbukti dalam kehidupan secara konkrit.
Dalam
Alkitab kita menemukan kesaksian pribadi-pribadi yang luar biasa yang telah
berjalan dengan Tuhan. Itulah hidup yang sesungguhnya yaitu kehidupan yang
tidak terpisah dari Allah. Alkitab tidak pernah mencoba membuktikan bahwa Tuhan
itu ada dan membujuk pembacanya untuk mempercayai eksistensi-Nya. Hal ini disebabkan
karena semua penulis Alkitab yakin benar bahwa Allah itu ada, yaitu hasil dari
pengalaman nyata. Bagi mereka eksistensi Allah bukan sesuatu yang aneh tetapi
sesuatu yang biasa.
Dunia di
sekitar kita adalah dunia yang fasik, kefasikan dunia makin memperkuat konsep
atau keyakinan mereka bahwa Allah itu tidak ada dan tidak perlu ada. Kalaupun
ada tidak perlu memiliki relasional dengan manusia (2Pet 3:3-5, Maz 14:1-3).
Itulah sebabnya Paulus mengingatkan bahwa hari-hari ini adalah jahat (Ef
5:15-17). Banyak orang berpikir bahwa manusia dapat berdiri sendiri, hidup
tanpa Tuhan. Pengaruh semacam ini tanpa terasa telah membentuk jiwa dan
kepribadian banyak orang termasuk sejumlah besar orang-orang Kristen. Itulah
sebabnya kita temui ada banyak orang Kristen yang hanya bertuhan pada hari
Minggu, atau sementara berbakti di gereja. Di luar hari Minggu atau di luar
hari kebaktian mereka hidup kembali seperti anak-anak dunia yang tidak
ber-Tuhan.
Para
penulis Alkitab oleh ilham Roh memaparkan eksistensi Allah tanpa ada unsur
keragu-raguan sama sekali. Mereka begitu yakin bahwa Allah itu adalah suatu
realitas yang tidak terbantahkan. Hal ini bisa terjadi sebab para penulis
Alkitab benar-benar telah mengalami kehadiran Allah dalam pengalaman hidup
konkrit mereka. Mereka tidak pernah membuktikan bahwa Allah itu ada, sebab
mereka telah mengalami pribadi Allah itu sendiri.
Allah
adalah Allah yang transenden tetapi sekaligus juga adalah Allah yang imanen,
karenanya ia dapat dikenali namun pengenalan terhadap Allah adalah pengenalan
yang terbatas, sebab Allah yang transenden tidak pahami secara sempurna atau
sepenuh oleh ratio manusia yang terbatas. Allah adalah Allah yang transenden
maksudnya bahwa Allah adalah Allah yang melampaui segala akal dan pengalaman
(trans empiris). Hikmat dan kebijaksanaan-Nya tidak terduga oleh akal manusia
dan tak dapat diselami secara sempurna oleh makhluk manapun. Namun demikian
dalam eksistensi-Nya yang transenden tersebut ia berkenan menyatakan diri-Nya
sehingga manusia dapat mengenali-Nya. Dengan pengenalan yang ada manusia dapat
berinteraksi dengan Allah.
Dalam
pernyataan-Nya yang ditulis dalam Alkitab dan terbukti dalam sejarah bahwa
Allah adalah Allah yang berpribadi. Dia bukanlah sekumpulan doktrin dan
sejumlah penjelasan, Ia bukanlah sekedar tenaga aktif yang secara mekanis
bergerak tetapi Ia adalah Allah yang berpribadi, maksudnya berpribadi disini
adalah bahwa Allah adalah Allah yang memiliki integritas sebagai oknum yang
berkehendak, berperasaan dan berpikir. Ia memiliki kesadaran sebagai pribadi
yang dapat berkomunikasi dengan pribadi lain, dalam hal ini manusia yang
diciptakan-Nya. Oleh sebab itu umat harus memperlakukan Allah sebagai pribadi
pula (Nahum 1:1-7).
Allah
adalah Roh maksudnya bahwa Allah tidak dapat dilihat dengan mata jasmaniah atau
disentuh. Ia adalah pribadi yang eksis tetapi tidak dapat dijamah secara
batiniah, sebab ia tidak bertulang dan berdaging seperti kita. Dengan keadaan
ini maka Allah memiliki keunikan Diri yang tidak ada tandingannya, Ia tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu (Yoh 4:14-34). Dalam hal ini kita mengerti
mengapa Allah menentang usaha untuk menggambarkan Allah dalam bentuk-bentuk
atau wujud-wujud tertentu.
Allah
adalah Pribadi atau Oknum yang sudah ada dari kekal sampai kekal. Ia tidak
berawal dan tidak berakhir. Itulah sebabnya disebutkan bahwa Allah ada di luar
waktu. (Maz 90:2). Dalam Alkitab kita menemukan pernyataan bahwa Allah adalah
Allah yang tidak berubah. Hakekat, rencana dan kehendak-Nya tidak berubah
sekalipun Ia adalah Allah yang aktif bekerja dan berkarya (Yak 1:17).
Tuhan
beserta kita
Ada satu
pernyataan Kristiani yang sangat populer, sering didengar bahkan juga
diucapkan. Kalimat itu adalah “Allah berserta kita”. Begitu mudahnya setiap
orang Kristen mengucapkan kalimat ini, tetapi kenyataannya sungguh ironis,
tidak sedikit mereka yang tidak mengalami realisasi dari pernyataan tersebut.
Sehingga pernyataan tersebut menjadi kalimat klise yang tidak berkuasa. Banyak
di antara mereka ragu-ragu kemudian bertanya-tanya dalam hati: “Apakah Allah
masih menyertaiku?” Keraguan bahkan ketidak-percayaan ini muncul pada waktu ada
dalam masalah, sudah berdoa tetapi Tuhan tidak kunjung memberi jalan keluar.
Mereka merasa Tuhan tidak bertindak sama sekali baginya. Ia meragukan apakah
Allah masih eksis.
Mengapa
masih banyak orang Kristen yang tidak menghayati pernyertaan kehadiran Allah
dalam hidupnya dan meragukan keberadaan-Nya? Ada beberapa penyebab mengapa
seseorang kurang percaya bahwa Allah menyertainya dan meragukan keberadaan-Nya.
Pertama, karena mereka menuntut Allah menyatakan diri secara fisik dengan
tanda-tanda nyata secara lahiriah seperti yang mereka kehendaki. Kalau hal itu
terjadi maka mereka baru mau percaya. Bila orang-orang seperti ini tidak
mengalami pengalaman secara fisik dan bila mungkin secara spektakuler dengan
Tuhan, maka mereka masih meragukan kehadiran atau penyertaan-Nya. Orang-orang
seperti ini adalah orang yang memiliki gaya hidup seperti Thomas; baru mau
percaya setelah melihat (Yoh 20:24-29).
Tuhan
Yesus menyatakan bahwa berbahagia orang yang percaya walau tidak melihat. Ini
berarti Tuhan tidak akan menyatakan diri secara “visible” supaya orang percaya.
Dengan pernyataan tersebut Tuhan menunjukkan banyak orang yang tidak akan
memiliki pengalaman seperti Thomas. Justru Tuhan menghendaki orang tetap
percaya walau tidak melihat. Dalam hal ini seharusnya orang percaya berlatih
untuk percaya dengan iman. Tidak menggunakan indra jasmaninya untuk menangkap
kehadiran Tuhan.
Karena hal
diatas ini yaitu menuntut fakta-fakta bukti lahiriah baru mau percaya, maka
banyak orang Kristen tanpa sadar menjadi ateis dan mengembangkan keyakinan
bahwa Allah sudah mati dalam dirinya. Kalaupun mereka masih beragama Kristen,
mereka termasuk kelompok orang-orang ateis praktis. Secara teori mereka percaya
bahwa Allah ada, tetapi secara praktek mereka tidak percaya bahwa Allah ada.
Tanda-tanda dari orang-orang Kristen seperti ini adalah berkelakuan tidak
sesuai dengan Firman Tuhan secara terus menerus dan hidup dalam kekuatiran.
Tentu mereka akan bercinta dengan dunia karena kekuatirannya. Mereka merasa
bahwa Allah tidak bisa diandalkan.
Kedua,
penyebab mengapa seorang tidak menghayati kehadiran Allah adalah karena
menghendaki Allah menyertai mereka dengan cara yang mereka inginkan.
Persoalan-persoalan hidup yang mereka alami diharapkan selesai tuntas seperti
skenario yang mereka kehendaki. Dalam kenyataannya banyak orang Kristen tidak
mendapat jawaban doa seperti yang mereka inginkan walaupun mereka sudah berdoa
bahkan puasa. Dalam hal ini banyak orang meragukan kebijaksanaan Allah. Hal ini
terjadi atas orang-orang yang belum dewasa.
Hampir
semua orang Kristen tatkala memulai mengiringi kepada Tuhan tidak mengerti
bahwa perjalanan mengiringi Tuhan akan terasa sukar. Lebih sukar dibanding
sebelum percaya Yesus. Lebih banyak orang berharap dengan menjadi orang Kristen
perjalanan hidupnya lebih lancar, bebas dari persoalan yang rumit, malapetaka
kesukaran dan segala sesuatu yang menyakitkan. Kenyataan yang dialami ternyata
berbeda dengan apa yang diharapkan. Bila kita tidak mengerti kebenaran Allah
kita dapat menjadi bingung, kecewa dan curiga kepada Allah. Kenyataan yang
harus diterima bahwa menjadi anak Tuhan berarti “berjalan dijalan-Nya”.
Bersiaplah untuk mengarungi jalan-jalan-Nya.
Contoh
yang paling jelas adalah perjalanan bangsa Israel. Mereka harus mengikuti tiang
awan dan tiang api. Di mana tiang awan dan tiang api berhenti mereka harus
berhenti. Bangsa Israel ternyata telah patuh, bangsa Israel mengikuti petunjuk
tiang awan dan tiang api. Tetapi ternyata sering langkah Tuhan membingungkan
bangsa itu. Mereka disuruh berkemah di seberang Kolzom, di tempat mana Firaun
dapat menjangkau mereka dan membunuh bangsa itu (Kel 14). Juga Keluaran 17,
Tuhan memerintahkan mereka melintasi daerah dimana tidak ada air dan berkemah
dimana tidak ada air pula (di Rafidim). Mereka mencobai Tuhan artinya meragukan
kehadiran Allah dengan berkata: “Apakah Allah ada di tengah-tengah kita.” Sikap
inilah yang disebut sebagai mencoba Tuhan Allah yaitu “meragukan kasih pemeliharaan
dan kuasa Allah”. Seharusnya mereka tetap tenang dan tidak perlu cemas dalam
keadaan itu. Oleh sebab itulah dalam Mazmur 77:20-21 dikatakan bahwa
jejak-jejak Tuhan tidak kelihatan, hal ini pula berkenaan dengan perjalanan
bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan.
Apa yang
Tuhan kerjakan ini bukan kebetulan sebab Tuhan memang sengaja mendidik kita
melalui hal-hal yang kita tidak mengerti, jalan-jalan-Nya yang tak terselidiki.
Hanya kemudian tatkala kita melihat hasilnya barulah kita tahu mengapa Tuhan
mengerjakan semua ini. Yusuf tidak akan menjadi kaisar kedua Firaun sebelum ia
mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil sampai masuk penjara. Daud tidak
akan menjadi Raja besar sebelum ia menjadi pelarian. Bangsa Israel tidak akan
menjadi bangsa yang besar sebelum mereka mengarungi padang pasir luas. Mereka
dipersiapkan Tuhan menghadapi bangsa Kanaan membangun negara yang kuat.
Ketiga,
penyebab utama lain mengapa seorang tidak menghayati kehadiran Allah adalah
tidak hidup dalam kebenaran Firman Tuhan sehingga tidak mengalami pernyataan
kehadiran dan kemuliaan-Nya. Allah tidak dapat berjalan dengan orang yang kotor
pakaian kehidupannya. Bila terjadi demikian maka jelas Allah mempercayakan
perkara-perkara besar kepada orang yang dapat di percayai (Yes 59). Mereka
tidak mempercayai janji Tuhan, bahwa ia akan menyertai kita senantiasa sampai
pada akhir zaman.
Kesucian
haruslah diperjuangkan, karena seseorang tidak akan dapat memiliki kesucian
tanpa perjuangan. Kesucian hidup tidak dapat dimiliki orang percaya dengan
sendirinya atau secara otomatis. Seberapa besar seseorang mencapai kesucian
bukan hanya tergantung dari kasih karunia-Nya tetapi juga sangat tergantung
dari perjuangannya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk masuk
Kerajaan Surga harus berjuang (Luk. 13:24). Di bagian lain Tuhan Yesus
menyatakan bahwa banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih (Mat. 22:14). Tentu
pilihan juga berdasarkan respon seseorang. Sangat menyedihkan, banyak orang
Kristen kalau sudah merasa percaya ia pasti selamat masuk Surga. Padahal dalam
Matius 7:21-23, dinyatakan bahwa sekalipun seseorang sudah mengadakan banyak
mujizat kalau ia tidak melakukan kehendak Bapa atau hidup dalam kesucian, ia
bisa ditolak Allah. Percaya bukan hanya dalam pikiran, tetapi harus ada tindakan
konkret.
Semua
potensi yang Tuhan berikan haruslah digunakan untuk meraih kesucian.
Perumpamaan talenta yang ditulis dalam Matius 25, sesungguhnya lebih dekat
bertalian dengan hal kesucian atau kualitas hidup yang harus dicapai seseorang.
Setiap orang percaya masing-masing mendapat kesempatan yang berbeda, tetapi
seberapa yang Tuhan berikan harus dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Kalau
fasilitas yang Tuhan sediakan tidak digunakan secara bertanggung jawab, maka
kesempatan itu akan hilang dan tidak ditemukan lagi.
Untuk
mengalami pertumbuhan kesucian yang baik, seseorang harus memiliki kerinduan
yang kuat untuk memahami semua yang Bapa kehendaki atas hidupnya. Selanjutnya
berusaha memenuhi apa yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Kerinduan untuk melakukan
kehendak Bapa inilah yang dimaksud haus dan lapar kebenaran (Mat 5:6). Orang
yang memiliki kerinduan untuk mencapai kesucian yang menyukakan hati Bapa,
pasti ia dapat meraihnya. Ingat, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tidak ada
yang sulit kalau sudah dilakukan atau dibiasakan, tetapi akan menjadi sulit dan
tidak mungkin bisa dilakukan kalau tidak pernah diusahakan untuk dilakukan dan
dibiasakan. Hal ini akan menggerakkan kita memperhatikan langkah kita setiap
detik, menit dan jam, apakah segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan
kehendak-Nya? Oleh sebab itu kalau kita salah kita harus cepat
memperbaiki, dan sampai menjadi kebiasaan melakukan kehendak Tuhan tanpa
memaksa diri untuk itu, karena sudah menjadi kebiasaan. Dengan demikian pengalaman
merasakan kehadiran Allah ditentukan pula oleh respon seseorang dalam
memperjuangkan kesucian hidupnya.
Langkah
Untuk Menghayati Kehadiran Allah
Kita harus
bangkit dan sungguh-sungguh mencari Allah (1Taw 16:11; Maz 27:8, Yes 45:19).
Mencari Tuhan selama Ia berkenan ditemui (Yes 55:6), ini menunjukkan bahwa ada
saat dimana seseorang tidak lagi dapat menemui Tuhan, ini berarti ia akan
terpisah dari Allah selama-lamanya. Oleh sebab itu kesempatan yang tersedia
hendaknya tidak disia-siakan. Ada beberapa langkah untuk menghayati kehadiran
Tuhan.
- Mempercayai bahwa Allah itu ada, hidup dan maha hadir. (Ibr 11:6). Kita harus perintahkan seluruh jiwa, batin hati dan syaraf-syaraf tubuh kita untuk percaya kepada Tuhan.
- Merindukan Tuhan. Haus akan Allah. (Maz 42:1-3; Mat 5:6). Allah tidak akan memuaskan hati yang tidak haus akan Dia. Kehausan kita adalah bukti penghargaan kita kepada Tuhan.
- Belajar mengenal Allah. Dalam hal ini Tuhan sudah memberikan fasilitasnya. Fasilitasnya adalah pimpinan Roh Kudus (Yoh 14:25-26); Alkitab dan hamba-hamba-Nya.
- Bersedia untuk mematuhi Firman-Nya. Dalam Yakobus dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:26). Perbuatan disini maksudnya adalah kesediaan kita untuk menuruti Firman-Nya dengan demikian kita akan berjalan dengan Dia.
- Bergantung kepada Tuhan dan mempercayai Dia saja dalam segala pergumulan hidup. Kesediaan kita untuk bergantung kepada Tuhan sepenuh dan mempercayai-Nya akan mendorong kita berekat dengan Dia, menghampiri Dia selalu.
Ketika ada
dalam masalah yang tidak kunjung selesai
Kadang-kadang
kita menjadi bingung, tidak tahu apa yang harus dikerjakan ketika ada dalam
suatu masalah yang tidak kunjung selesai. Doa-doa yang tidak kunjung dijawab,
masalah rumah tangga yang bertubi-tubi, masalah ekonomi yang berat, ancaman
dari berbagai pihak yang membuat kita kecut. Di sana kita tidak menemukan
kehadiran Allah. Saat-saat yang menyakitkan. Pada saat itu iblis bisa berkata:
Tuhan meninggalkanmu, Tuhan melupakanmu dan lain lain.
Pertama,
tetap percaya Tuhan beserta. Saat-saat seperti ini kita harus percaya bahwa
Tuhan tetap beserta (bandingkan Ayub yang sedemikian menderita, tetapi ia tetap
percaya bahwa penebusnya hidup). Inilah yang disebut-sebut Daud sebagai lembah
kekelaman (Maz 23:4). Di lembah kekelaman Ia percaya bahwa gada dan tongkat-Nya
menghiburnya. Ini berarti ia percaya bahwa Tuhan menyertainya. Saat-saat
seperti ini, kita harus tetap percaya Tuhan. Ia yang berjanji, bahwa Ia akan
menyertai sampai kesudahan zaman. Ia tidak meninggalkan kita.
Kedua,
berdiam diri untuk menemukan maksud-maksud Tuhan di balik semua peristiwa yang
terjadi dalam hidup ini. Dalam mazmur 73:21-24, di tengah-tengah kesesakannya
ia tetap berdiam diri. Bukan berdiam diri pasif, tetapi berdiam diri untuk
menemukan maksud-maksud di balik semua ini. Melalui pergumulan itu Tuhan hendak
mendewasakan kita. Tatkala kita masuk proses ini kita harus tetap memandang
Tuhan dan menemukan rencana-rencana-Nya. Apa yang Tuhan kehendaki dalam kita.
Hal inilah yang sukar dilakukan, biasanya orang akan berusaha untuk menemukan
maksud Tuhan segera. Kebiasaan yang buruk dalam hidup orang Kristen pula adalah
ia tidak mau berperkara dengan Tuhan, tetapi melarikan diri dari kenyataan.
Saat-saat seperti ini kita dipacu untuk menghampiri Allah dan menemukan
berkat-berkat-Nya. Kita akan menemukan kemuliaan-Nya.
Bila kita
menyadari semua hal ini pasti kita tidak akan bersungut-sungut tetapi kita akan
mengucap syukur sebab semua yang terjadi atas ijin dan kehendak Allah
sepenuhnya. Ada yang sedang Tuhan garap dalam hidup kita (bandingkan Ayub
23:10; Ia tahu jalanku kalau Ia menguji aku, aku akan muncul seperti emas).
Dari
beberapa bagian dalam Alkitab kita melihat kehidupan yang takut akan Allah.
Contoh pertama Daud, ia disertai Tuhan maka tidak ada halangan yang
menggagalkan suksesnya (2Sam 5:9-10). Orang kedua adalah Yusuf (Kej 39). Dari
kehidupan mereka ini kita melihat bahwa orang-orang yang disertai Tuhan itu
“sukses”. Mari buktikan apakah ada orang yang disertai Tuhan sama keadaannya
dengan orang yang tidak disertai Tuhan. Ini adalah rahasia kehidupan. Kalau
seseorang menemukan dan menterapkan dalam hidupnya maka ia pasti menjadi
seorang yang diberkati Allah dan memberkati orang di sekitarnya.
Keluarga
Obed Edom yang ditempati tabut Tuhan, setelah tabut dibawa kembali dari tanah
Filistin (2Sam 6). Disini kita membuktikan kesetiaan dan kasih Allah yang
mengalir senantiasa. Orang-orang yang disinggahi oleh Tuhan Yesus melalui Roh-Nya
maka pasti ada perubahan yang tidak pernah di pikirkan sebelumnya. Kalau Allah
melalui Roh Kudus di dalam kita, maka segala berkat, sukses dan keberhasilan
menjadi bagian kita. Tentu keberhasilan bagi kemuliaan nama-Nya.
Post a Comment