Home » » DOKTRIN ALLAH 10 – Allah Tidak Berubah

DOKTRIN ALLAH 10 – Allah Tidak Berubah



DOKTRIN ALLAH 10 – Allah Tidak Berubah (By Dr. Erastus Sabdono)

Dalam Alkitab beberapa kali dinyatakan bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah (Kel 3:14; Maz 102:26-28; Yes 41:4; 48:12; Mal 3:6; Rom 1:23; Ibr 1:11-12; Ibr 13:8; Yak 1:17). Betapa populernya kalimat ini. Pada umumnya orang Kristen bangga memiliki Allah yang tidak berubah. Kebanggaan ini dinyatakan dalam nyanyian tentang Allah yang tidak berubah. Tidak sedikit lagu yang digubah yang memiliki tema mengenai Allah yang tidak berubah. Hal ini juga sering disebut-sebut di beberapa gereja tertentu.

Kalau berbicara mengenai Allah yang tidak berubah, apa yang muncul dalam benak orang pada umumnya? Biasanya berbicara mengenal Allah yang tidak berubah, perhatian orang tertuju kepada kasih dan kuasa Tuhan yang tidak berubah, hal mana ini barulah sebagian dari hakekat-Nya. Biasanya mereka mengacu pada sejarah bangsa Israel yang penuh dengan tindakan Allah yang spektakuler di Perjanjian Lama, dan tindakan mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru. Mereka meyakini bahwa sebagaimana Allah berkuasa membelah laut, merobohkan tembok Yerikho, menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati, demikianlah sekarang, kasih dan kuasa-Nya tidak berubah untuk menolong atau tepatnya dapat dimanfaatkan umat.

Sering terjadi tanpa disadari, dibalik pengakuan Allah yang tidak berubah ada motif memanfaatkan Tuhan atau mengeksploitasi Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Demikianlah banyak orang bersikap opportunis terhadap Tuhan. Ironisnya justru hal ini yang paling banyak dipromosikan secara provokatif di banyak gereja-gereja. Sehingga banyak jemaat membangun hubungan dengan Allah atas dasar azas manfaat yang dangkal dan miskin. Hal ini tidak membawa jemaat kepada iman yang murni atau keselamatan yang benar. Inilah cara iblis memakai nabi-nabi palsu membantai jemaat Tuhan agar tidak mengenal keselamatan dengan benar.

Ketika mengakui bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah maka seharusnya memperhatikan bahwa Allah yang tidak berubah itu juga berarti hakekat-Nya secara lengkap tidak berubah. Hakekat disini maksudnya adalah seluruh sifat-Nya, karakter-Nya dan pribadi-Nya. Harus diperhatikan, bahwa kebenaran itu bulat atau utuh. Pemberitaan sebagian kebenaran termasuk di dalamnya pemberitaan mengenai sebagian hakekat pribadi Allah bisa merupakan penyesatan. Dalam hal ini harus diperhatikan, kalau sebuah gereja hanya memunculkan satu dan dua dari hakekat Allah tetapi mengabaikan yang lain, itu berarti penyesatan atau penipuan.

Menyadari Allah adalah Pribadi yang hakekat-Nya tidak berubah maka seharusnya umat belajar mengenal hakekat-Nya tersebut dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap terhadap Tuhan dengan benar. Tentu saja Alkitab menunjukkan seluruh hakekat Tuhan secara utuh atau lengkap dan bagaimana seharusnya memperlakukan-Nya. Dengan pengertian yang benar terhadap hakekat-Nya, maka umat dapat mengenali rencana Allah yang besar sejak atau sebelum dunia dijadikan. Dengan mengenali hakekat-Nya secara lengkap, maka seseorang akan memahami keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus secara lengkap pula.
Sering kita berkata Allah tidak berubah. Apanya yang tidak berubah, tentu saja seluruh hakekat-Nya. Ia Allah yang penuh kasih, berkuasa, tetapi juga Allah yang adil bebas, berdaulat, bijaksana dan suci. 

Kasih-Nya menyelamatkan dan memberkati umat manusia. Kuasa-Nya menjadi jaminan pemeliharaan umat tetapi Ia juga Allah yang adil, keadilan-Nya menuntut hukuman dan menciptakan penghakiman. Ia berkuasa dan kekuasaan-Nya tidak terbatas, tetapi Ia bukan Allah yang bisa diatur oleh manusia. Ia adalah Allah yang bebas dalam bertindak, tidak terpengaruhi oleh unsur-unsur di luar diri-Nya, Ia bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Ia adalah Allah yang bertindak tepat sempurna sebab Ia adalah yang Mahabijaksana. Kesucian-Nya membenci dosa, menolak pelanggaran dan kejahatan dan lain sebagainya. Itulah sebabnya umat Tuhan harus belajar memahami hakekat Allah secara lengkap atau utuh atau seimbang.

Hendaknya orang percaya tidak hanya menghubungkan hakekat Allah yang tidak berubah hanya dengan kasih dan kuasa-Nya semata-mata. Bagi orang Kristen yang baru, bila mereka masih terpaku atau menekankan sebagian hakekat Allah (biasanya hanya kasih dan kuasa-Nya), bisa dipahami. Orang Kristen baru dengan atmosfir berpikirnya yang masih terwarnai dengan keyakinan lamanya biasanya berurusan dengan Allah karena azas manfaat. Biasanya kalau menghubungkan Allah yang tidak berubah dengan kasih dan kuasa-Nya ada maksud untuk dapat memanfaatkan Tuhan. Tetapi ketika seseorang sudah menjadi Kristen lama masih berkutat di hal ini, maka berarti suatu keterbelakangan atau kelambanan bertumbuh.

Kalau kadang-kadang kita menemukan seolah-olah Allah berubah. Sejatinya tidak demikian. Allah dalam hakekat-Nya tidak berubah, tetapi keadaan sekitar manusia yang berubah, karenanya cara Allah bertindak dan mengambil keputusan pun bisa berbeda. Kita harus memahami hal ini dengan tepat. Ketika bangsa Israel masih di Mesir, cara Allah melakukan pembelaan untuk bangsa itu berbeda ketika mereka sudah sampai di tanah Kanaan. Pada waktu Tuhan membebaskan bangsa Israel dari Mesir, Allah mendatangkan tulah sehingga bangsa itu tanpa berlelah sedikit pun keluar dari Mesir. Tetapi ketika mereka sudah sampai di tanah Kanaan, untuk merebut tanah Kanaan mereka harus berperang dengan kekuatan mereka sendiri. Allah tidak menunjukkan mujizat-Nya sama seperti bangsa itu ketika masih di Mesir.

Demikian pula cara Allah bertindak kepada umat pilihan-Nya di Perjanjian Lama dengan cara Allah bertindak terhadap umat Perjanjian Baru sangat berbeda. Itulah sebabnya kita tidak boleh sembarangan mengambil ayat dalam Alkitab Perjanjian Lama dan secara sembarangan mengenakannya bagi kehidupan kita sebagai umat Perjanjian Baru.

Cara Allah bertindak dalam Alkitab terhadap umat-Nya sering tidak sama dengan cara Allah bertindak kepada kita yang hidup pada abad 21 ini. Dalam hal ini bukan berarti Allah berubah. Allah dalam hakekat-Nya tidak pernah berubah, tetapi konteks keadaan yang berubah. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak memaksakan Allah bertindak pada zaman kita di konteks kehidupan kita sama seperti Allah bertindak pada zaman dulu. Kita harus selalu memperhatikan konteks. Bapa sorgawi memiliki banyak cara untuk menyelesaikan setiap persoalan pada zamannya.

Sebenarnya pengakuan bahwa Allah tidak berubah percuma kalau kita tidak mengenal Dia atau tidak bertumbuh dalam pengenalan akan Dia. Apa artinya pengakuan dan pengertian ini, kalau kita tidak mengenal hakekat Allah secara lengkap dan benar. Dalam hal ini yang dikenali haruslah prinsip hakekat-Nya, bukan ekspresi bentuk kerja-Nya (cara). Ekspresi bentuk kerja Allah bisa berubah tetapi prinsipnya tidak. Ekspresi bentuk kerja Allah bisa situasional tetapi prinsip hakekatnya tidak berubah.
Hidup manusia tidak dapat dipisahkan dengan Allah, tetapi apakah benar demikian kenyataannya dalam kehidupan banyak orang. Banyak orang yang tidak merelasikan kehidupannya dengan Tuhan. Seolah-olah ia hidup di planet dimana tidak ada Tuhan dan hukum-Nya. Seolah-olah Tuhan tidak tahu menahu tentang kehidupan manusia dan tidak berhubungan sama sekali. Inilah orang-orang yang walaupun ber-Tuhan tetapi sebenarnya atheis praktis.

Seorang yang mengenal Allah dengan benar dan bertumbuh dalam pengenalan itu, menyadari hidup manusia tidak terpisahkan dari Allah, Ia adalah hakim dan raja atas semesta alam ini dan pemerintah yang aktif mengatur kehidupan dan bahwa Ia adalah Allah yang tidak berubah. Hal ini akan membentuk pola tindak kita. Hal ini akan membuat kita bertindak hati-hati dan tidak ceroboh. Hal ini pula akan menciptakan suasana batin dan perasaan kita.

Pemahaman mengenai hakekat Allah secara lengkap menentukan pertumbuhan atau pewarnaan karakter seseorang. Kalau pengakuan mengenai Allah yang tidak berubah tanpa pengertian yang lengkap mengenai hakekat-Nya, maka karakter (kelakuan dan susana batin jiwa) tidak terpengaruhi atau terwarnai. Dengan kebenaran ini kiranya kita dipacu untuk bertumbuh dalam pengenalan akan hakekat Allah dengan lengkap.
Adalah kabar baik kalau Allah yang disembah orang percaya adalah Allah yang tidak berubah, sebab dengan demikian kita bisa memahami bagaimana bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam hal ini betapa pentingnya memahami prinsip hakekat Allah yang tertulis dalam Alkitab.

Dengan mengenali prinsip hakekat Allah, maka kita bisa berjalan harmoni dengan Allah. Oleh sebab itu orang sukses dalam hidup ini adalah orang yang mengenal Allah. Ia akan mampu berjalan dengan Tuhan dan menemukan kehendak-Nya secara utuh dan lengkap.
Bagikan artikel ini :

Post a Comment

 
Supported by: Blogger | Blogger.com
Copyright © 2014. Rumah Pelayanan - All Rights Reserved
WWW . RUMAHPELAYANAN . COM