Home » » DOKTRIN ALLAH 05 – Menyerukan Nama Allah

DOKTRIN ALLAH 05 – Menyerukan Nama Allah



DOKTRIN ALLAH 05 – Menyerukan Nama Allah (By Dr. Erastus Sabdono)

Apa istimewa menjadi orang Kristen atau anak Tuhan? Alasan yang salah tetapi sangat dominan dalam pikiran dan hati banyak orang Kristen hari ini adalah karena orang Kristen memiliki Tuhan yang nama-Nya berkuasa. Dengan nama yang berkuasa tersebut orang percaya merasa memiliki andalan dalam menghadapi hidup ini. Tuhan dipercayai lebih kuat dari kuasa manapun melalui nama-Nya, menjadi jaminan bagi kehidupan orang percaya dengan segala kebutuhannya. Kehebatan Tuhan dalam nama-Nya inilah yang biasanya diserukan. Kelihatannya ini benar, tetapi sebenarnya kurang lengkap bahkan bisa salah kalau tidak diisi dengan pengertian yang benar. Biasanya kelompok orang Kristen dengan konsep berpikir ini, ciri-cirinya antara lain:

Pertama, membanggakan kuasa dari nama Tuhan secara mistis. Secara mistis artinya mempercayai nama Tuhan sebagai mengandung kuasa tanpa merelasikan secara benar dengan pribadi si Pemilik nama. Mereka beranggapan bahwa Tuhan, si Pemilik nama merasa tersanjung kalau namanya dipercayai mengandung kuasa yang luar biasa. Itulah sebabnya orang Kristen dengan mudahnya selalu menggunakan nama Tuhan dalam segala keadaan untuk menyelesaikan segala masalah kehidupan. Pada akhirnya penggunaan nama Tuhan seperti mengucapkan mantera. Orang-orang Kristen seperti ini menjadikan kesaksian-kesaksian mengenai kedahsyatan Tuhan sebagai primadona hidup keKristenannya. Dalam pertemuan-pertemuan ibadah yang diutamakan adalah menyanjung dan meninggikan nama Tuhan. Dengan cara inilah mereka menyerukan nama Tuhan.

Mereka memahami menyerukan nama Tuhan sebagai mempromosikan kuasa Tuhan oleh nama-Nya. Dengan kata lain memamerkan kuasa Tuhan, seakan-akan orang percaya sedang berkompetisi dengan allah atau agama lain. Ini adalah cara bersaksi yang tidak tepat. Menyelamatkan manusia bukan dengan cara ini. Harus diingat bahwa iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus. Memang pernyataan kuasa Tuhan bisa menjadi pintu masuk seseorang mendengar Injil, tetapi hal ini tidak mutlak. Cara bersaksi yang benar dan mutlak harus dilakukan orang percaya adalah menjadi terang. Orang yang tidak percaya melihat perbuatan anak Tuhan dan memuliakan Bapa di Sorga. Memuliakan Bapa berarti masuk dalam kehidupan pelayanan bagi Allah.

Sikap seperti berkompetisi tersebut mirip dengan anak kecil yang memamerkan kelebihan orang tuanya di depan teman-temannya dalam rangka sedang pamer-pameran kekuatan atau kelebihan orang tua masing-masing. Dalam kaitannya dengan hal ini sering terjadi kesaksian yang hiperbola (dilebih-lebihkan), sehingga terjadi penipuan atau dusta; bukan fakta yang sesungguhnya. Memang menyanjung dan meninggikan nama Tuhan penting bahkan suatu keharusan bagi umat Tuhan, tetapi hal ini tidak boleh dilepaskan dari pengenalan akan Pribadinya untuk dapat melakukan kehendak-Nya dengan tepat. Tanpa mengenal Dia dengan benar dan melakukan kehendak-Nya, percuma menyanjung dan memuji nama Tuhan.

Ke dua, dalam berurusan dengan Tuhan motivasinya adalah bagaimana mengalami kuasa dari atau melalui nama Tuhan. Pengalaman ini dijadikan ukuran perkenanan di hadapan Tuhan. Mereka berkeyakinan dan merasa semakin mengalami hal-hal yang ajaib, spektakuler dari kuasa nama Tuhan berarti semakin merasa sebagai anak Tuhan yang istimewa atau VIP di hadapan Tuhan. Benarkah hal ini? Kalau kita perhatikan, orang miskin yaitu Lazarus yang di pangkuan Abraham, ketika di dunia tetap miskin sampai mati apakah berarti orang yang tidak dikasihi Tuhan? (Luk 16) Stefanus dilempari batu sampai mati dan Tuhan tidak berusaha menolong menghindari Stefanus dari penderitaan fisik, apakah berarti ia tidak istimewa? (Kis 7:58-60). Pada masa aniaya baik yang terjadi pada abad-abad awal keKristenan maupun sekarang ini di beberapa wilayah, Tuhan sering tidak tampil sebagai penolong untuk menunjukkan keperkasaan-Nya. Bahkan Tuhan yang dipercaya oleh orang Kristen seperti tidak berdaya. Ini bukan berarti Tuhan lemah dan tidak berdaya. Tetapi semua itu diijinkan terjadi untuk pendewasaan umat Tuhan dan pengujian untuk menemukan corpus delicty.

Ke tiga, ada usaha terus menerus memanfaatkan nama Tuhan untuk kepentingan-kepentingan yang sebenarnya tertuju pada diri sendiri, bahkan dalam lingkungan pelayanan pekerjaan Tuhan. Dalam lingkungan pelayanan pekerjaan Tuhan, mereka sangat yakin bahwa penggunaan nama Tuhan berkenan kepada Tuhan. Tetapi mereka tidak mengoreksi motivasi terdalam dalam melakukan pelayanan pekerjaan Tuhan. Tentu hal ini tidak disadari oleh pelaku, sama seperti anak-anak memperlakukan orang tuanya. Mereka hanya memanfaatkan orang tua tanpa mengerti tindakan tersebut kurang pantas. Tentu tidak salah kalau anak-anak masih di bawah umur memanfaatkan orang tua, tetapi kalau sudah usia di atas 30 tahun masih berbuat demikian, maka berarti ia tidak tahu diri, ia tidak sayang orang tua dengan benar sehingga menyusahkan orang tua.

Ke empat, ada usaha menyalah gunakan nama Tuhan. Ini akibat terburuk dari kebodohan seseorang karena tidak mengenal kebenaran. Tuhan disamakan dengan kuasa-kuasa setan yang bisa diatur sesuka-sukanya. Padahal setan pun juga tidak bisa diatur. Kalau kelihatannya dapat diatur, sebenarnya tidak. Setan memberi apa yang diminta manusia dengan imbalan jiwa manusia itu, tetapi Tuhan tidaklah demikian. Sesungguhnya orang-orang Kristen adalah anak-anak tebusan yang menjadi milik-Nya yang hidup untuk mengabdi kepada Tuhan. Disini terjadi pelanggaran terhadap hukum ke 3, menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.
Banyak orang Kristen yang memiliki alasan yang salah dalam mengiring Tuhan, tetap merasa ada di jalur yang benar, sebab merasa sudah “memuliakan nama Tuhan”, artinya membuat nama Tuhan menjadi besar. Ia berpikir bahwa tanpa orang percaya menyerukan nama-Nya, maka nama Tuhan tidak bisa menjadi masyhur dan menjadi besar.

Lebih naif lagi kalau merasa sudah menyerukan nama Tuhan, hanya karena mempopulerkan nama Yahweh yang dianggapnya sebagai nama diri Allah secara mutlak dan permanen. Mereka merasa sebagai pengikut Yahweh yang setia dan menyukakan hati-Nya hanya karena mengagungkan nama Yahweh dengan menyebut nama-Nya serta mempopulerkan nama-Nya. Mereka juga merasa berjalan di jalur kebenaran Tuhan hanya karena sebutan Yahweh mereka miliki.

Dalam hal ini perlu dimengerti apa yang dimaksud memuliakan nama Tuhan atau menyerukan nama Tuhan atau membesarkan nama Tuhan atau meninggikan nama-Nya. Hendaknya kita tidak berpikir seolah-olah Tuhan membutuhkan kita untuk menyerukan nama Tuhan, seakan-akan Tuhan kurang berdaya melakukannya sendiri. Yang benar adalah bahwa Dia adalah Mahakuasa. Ia bisa bertindak tanpa bantuan siapa pun.

Dalam kehidupan umat Perjanjian Lama, nuansa ini kuat sekali: Bangsa Israel harus menyerukan nama Tuhan, bangsa itu menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk memperkenalkan Allah yang benar. Bangsa itu memang bejana Tuhan mewariskan pengenalan akan Tuhan kepada manusia di bumi. Bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel. Mereka hanya memiliki kapasitas menyerukan nama Tuhan (Yahweh) sekedar mempopulerkan nama-Nya. Hal ini juga berkaitan dengan keselamatan dan kemakmuran jasmani bangsa itu. 
Hal ini sangat berbeda dengan umat Perjanjian Baru. Mereka belum bisa menyerukan nama-Nya seperti yang harus dilakukan umat Perjanjian Baru, sebab mereka belum menerima karunia Roh Kudus dan kebenaran injil. Pada akhirnya karena bangsa Israel tidak hidup dalam kepatuhan kepada Torat, maka akhirnya Tuhan membiarkan nama-Nya terhina, yaitu ketika membiarkan bait suci dihancurkan dan umat pilihan ditaklukkan. Namun Tuhan tidak merasa terhina dan direndahkan karena hal tersebut.
Sejatinya keistimewaan anak Tuhan adalah memiliki panggilan untuk menyerukan nama Tuhan. Apa yang dimaksud dengan menyerukan nama Tuhan itu? Menyerukan nama Tuhan berarti orang percaya memperkenalkan satu-satunya Allah yang benar dan Tuhan Yesus yang diutus-Nya. Setiap orang percaya mengemban tugas ini.

Pertama orang percaya harus berusaha untuk mengenal dengan benar Pribadi Tuhan Sang Pencipta. Untuk itu orang percaya harus sungguh-sungguh memburu pengenalan akan Tuhan dengan serius. Mengenal nama Tuhan belum berarti mengenal pribadi-Nya. Jangan berpikir bahwa dengan mengenal nama Yahweh maka secara otomatis atau paling tidak secara lebih mudah seseorang akan mengenal Allah dengan benar. Pada kenyataannya kita menjumpai ada orang-orang yang memanggil nama Yahweh, merasa lebih mengenal Allah dibanding dengan mereka yang memanggil Allah bagi Tuhan semesta alam.

Seorang yang mengenali Pencipta-Nya dengan benar, akan lebih dapat  menemukan diri sebagai makhluk ciptaan. Disini orang percaya harus belajar mengenal siapa manusia itu dan belajar menyangkal diri sehingga dapat membawa diri benar di hadapan Tuhan. Disini kita dibawa kepada kehidupan untuk melayani Tuhan, yang memang untuk itu kita diciptakan Tuhan. Orang percaya harus mengalami proses pembaharuan pikiran terus menerus untuk mengerti kehendak Bapa. Kebenaran-kebenaran yang dipahami seseorang melalui pembaharuan pikiran akan mengubah hidup orang tersebut untuk dapat memperagakan pribadi Kristus. Tentu orang percaya seperti ini akan dapat menikmati damai sejahtera Tuhan yang tidak sama seperti yang diberikan dunia. Damai sejahtera yang melampaui segala akal. Dalam hal ini Tuhan menjadi sumber kegembiraan. Mereka memiliki jaminan hidup kekal. Kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus dalam Kerajaan Sorga. Kehidupan orang percaya yang memancarkan pribadi Kristus dan memancarkan sukacita ilahi inilah yang merupakan cara menyerukan nama Tuhan. Dengan hal ini orang percaya memperkenalkan Allah yang benar dan Tuhan Yesus yang diutus-Nya. Dengan demikian orang percaya menjadi surat yang terbuka, yang dibaca setiap orang. Mujizat dapat dipalsu tetapi kehidupan seperti Kristus tidak bisa dipalsu.
Bagikan artikel ini :

Post a Comment

 
Supported by: Blogger | Blogger.com
Copyright © 2014. Rumah Pelayanan - All Rights Reserved
WWW . RUMAHPELAYANAN . COM